Kelebihan Berpuasa Dibulan Syawal



Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ …

“Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi, hadits ini hasan shohih)
Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits Qudsi:
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Ramadhan) adalah puasa enam hari di bulan Syawal.
Dianjurkan untuk Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)
Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)
Puasa Syawal, Puasa Seperti Setahun Penuh
Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)
“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil)
Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465). Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat ini bagi umat Islam.

Ramadhan
 Syawal?
Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.” Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.
Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)
Tunaikanlah Qodho’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu
Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” Jadi apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.
Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100)
Catatan: Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodho’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qodho’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah. Hal inilah yang ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -semoga Allah merahmati beliau- dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’, 3/89 karena seringnya sebagian orang keliru dalam permasalahan ini.
Kita ambil permisalan dengan shalat dzuhur. Waktu shalat tersebut adalah mulai dari matahari bergeser ke barat hingga panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Kemudian dia shalat di akhir waktu misalnya jam 2 siang karena udzur (halangan). Dalam waktu ini bolehkah dia melakukan shalat sunnah kemudian melakukan shalat wajib? Jawabnya boleh, karena waktu shalatnya masih lapang dan shalat sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Namun hal ini berbeda dengan puasa syawal karena puasa ini disyaratkan berpuasa ramadhan untuk mendapatkan ganjaran seperti berpuasa setahun penuh. Maka perhatikanlah perbedaan dalam masalah ini!
Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah
Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: “Apakah kalian memiliki sesuatu (yang bisa dimakan, pen)?” Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dan terdapat dalam kitab An Nasa’i. (Lihat Zadul Ma’ad, 2/79)
Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat mendorong kita melakukan puasa enam hari di bulan Syawal, semoga amalan kita diterima dan bermanfaat pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

KISAH NABI AYUB A.S




NABI AYUB A.S

Pada suatu hari, seluruh Malaikat berkumpul membicarakan makhluk Allah, mengenai ketaatan manusia dan maksiatnya, keburukan manusia dan kebaikannya. Akhirnya semua Malaikat itu memutuskan dengan sebulat suara bahawa Nabi Ayublah di kala itu manusia yang paling baik di atas dunia, yang paling banyak ibadatnya kepada Allah dan yang paling tinggi keimanan dalam dadanya.

Dengan harta kekayaan yang banyak, anak keturunan yang banyak pula dia tidak pernah sekali juga terlambat beribadat dan bersujud kepada Allah. Dia selalu memperhatikan dan menolong orang-orang yang melarat dan fakir miskin. Mendengar keputusan Malaikat itu, Iblis ingin menjalankan siasat kotornya. Iblis tak sudi kalau ada manusia di muka bumi ini tebal imannya kepada Allah, sempurna ibadat dan syukurnya. Tiap-tiap orang beriman itu, akan dicubanya membelokkan dan menyesatkannya. Dengan berbagai cara dan akal yang  busuk, dengan pujukan yang halus dan dengan senjatanya yang paling ampuh, ialah dengan berbohong.

Iblis ini lalu datang menghadap ke hadhrat Allah, lalu berkata:

Ya, Tuhan! HambaMu yang bernama Ayub itu bukanlah beribadat menyembah Engkau, bukan bersyukur memuji Engkau. Ibadat dan syukurnya itu hanya kerana hartanya yang banyak, keturunannya yang cukup. Dia menyembah Engkau itu hanya agar Engkau menambah harta dan keturunannya. Dia bersyukur kepada Engkau itu agar semua harta dan anak-anaknya itu tetap banyak, supaya kambing dan biri-birinya yang berjumlah ribuan itu tetap tidak berkurang, supaya unta dan lembunya yang berjumlah ratusan itu semakin Engkau tambah, supaya binatang perahan dan yang dikerjakan semakin gemuk-gemuk dan kuat-kuat, supaya anak lelaki dan perempuannya yang sudah banyak itu ditambah banyak lagi. Ayub hanya menyembah harta, bukan menyembah Engkau. Mensyukuri anak keturunannya, bukan mensyukuri Engkau. Cuba Engkau izinkan saya merampas harta kekayaan itu, tentu dia tidak akan menyembah Engkau lagi. Sebab itu cubalah izinkan saya, ya Tuhan, untuk melenyapkan semua harta kekayaan itu.

Allah menjawab:

Ayub adalah hambaKu yang beriman penuh dengan keimanan yang suci ikhlas. Dia menyembahKu kerana memang dia menginsafi akan keharusan menyembahKu ini. Ibadatnya suci dan pengaruh harta dunia, suci dari  sifat-sifat loba dan tamak.



Tetapi kerana Allah ingin menjadikan Nabi Ayub lebih suci dan bersih imannya, agar dapat menjadi contoh teladan tentang keimanan dan kesabaran bagi seluruh umat manusia,  si Iblis diberiNya izin untuk merampas semua harta kekayaan  Ayub. Tuhan lalu berfirman kepada Iblis: Boleh kau coba, kumpulkanlah semua kakitangan dan kawan-kawanmu. Lakukanlah apa-apa yang kamu rencanakan itu. Perhatikanlah nanti bagaimana kesudahannya!

Iblis lalu bersiap mengumpulkan semua kakitangannya, semua tentera dan pembantu-pembantunya dan dia berkata kepada mereka: Tuhan sudah mengizinkan kita untuk merampas harta kepunyaan Ayub, agar Ayub menjadi orang melarat, agar dengan kehilangan hartanya itu, hilang pula keimanan dan ibadatnya."

Dalam waktu sebentar saja, hilang lenyaplah semua harta dan kekayaan Nabi Ayub itu. Tidak seekor pun kambing atau biri-birinya lagi yang tinggal, tidak seekor pula unta dan lembunya, kebun dan tanaman-tanamannya pun habis kesemuanya.

Dengan berbentuk sebagai seorang tua yang berpengalaman dan penuh dengan kasihsayang, Iblis itu lalu datang kepada Ayub mahu menggodanya; dia berkata: Sekarang hartamu sudah musnah semuanya. Tuhan yang selalu engkau puji dan sembah itu, rupanya tidak menolongmu sedikit jua pun. Sia-sialah engkau beribadat dan menyembahNya.  

Berbagai-bagai pula percakapan antara manusia sesama manusia, melihat nasib yang menimpa Nabi Ayub itu.  Di antaranya ada yang berkata: Itulah tanda bahawa Ayub tidak ikhlas dalam ibadatnya, tidak melakukan sembahyang dan  zakat hartanya.

Ada pula yang berkata: Ayublah manusia yang paling  baik dan paling ikhlas ibadatnya. Kenapa Tuhan tidak memelihara hartanya? Kalau Tuhan memang Pengasih dan Penolong, maka Ayublah yang paling pantas dikasihi dan ditolong Tuhan.  

Ada pula orang lainnya berkata: Semua itu terjadi, kerana Tuhan akan menguji keimanan Nabi Ayub dan mahu memberi pelajaran yang nyata kepada manusia.

Mendengar semua perkataan itu, Nabi Ayub tinggal tenang dan sabar. Tidak sedikitpun dia merasa sedih dan menyesal. Tidak sedikit juga menggoyangkan keimanan dan keikhlasannya dalam beribadat, malah sebaliknya, Nabi Ayub semakin kuat dan bersungguh-sungguh beribadat dan memuji Allah. Terhadap orang ramai itu, Nabi Ayub berkata: Semua itu, adalah kepunyaan Allah. Diberikan Allah kepadaku, kemudian diambil Allah kembali. Maka terpuji Allah yang telah memberi harta itu kepadaku dalam masa yang begitu lama dan Maha terpuji Tuhan yang telah mengambil kembali harta itu, kerana memang milikNya. Puji bagi Allah yang memberi dan mengambil, di waktu memberi nikmatNya dan mencabut nikmatNya itu kembali. Maha terpuji Tuhan yang mendatangkan bahagia dan menurunkan seksa. Dia Tuhan satu Raja dan segala raja. DiberikanNya kekuasaan dan kekayaan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia cabut kekuasaan dan kekayaan itu dan siapa saja yang Dia kehendaki.


Sehabis berkata begitu, Nabi Ayub kembali bersujud menyembah Allah dengan khusyuknya, lebih dari biasanya lagi. Setelah melihat kejadian itu, Iblis merasa kecewa besar, gagal segala niat dan usahanya. Tetapi Iblis masih mempunyai akal dan daya-upaya lain. Dia segera datang menghadap Allah pula dan berkata: Ayub menerima nikmat dengan pujian dan menerima cubaan dengan sabar, itu adalah disebabkan kerana Ayub masih mempunyai anak yang banyak, kepada siapa dia dapat minta tolong dan dengan siapa dia dapat kaya  kembali. Bila Engkau izinkan saya, ya Tuhan, untuk melenyapkan semua anak lelaki dan perempuannya, saya yakin bahawa Ayub akan nyata kekafiran dan keengkarannya terhadap Engkau.

Tuhan menjawab: Boleh engkau lenyapkan semua anak-anaknya, tetapi akan engkau lihat sendiri, bahawa Ayub akan tetap imannya, takkan berkurang sedikit juga.

Kembali Iblis mengumpulkan semua kakitangan dan pembantu-pembantunya. Semuanya bersiap memasuki istana anak-anak Ayub, lalu menewaskan mereka, serta menghancurkan mahligaimahligai dan istana yang mereka diami.

Lalu Iblis pergi mendapatkan Nabi Ayub dan berkata: Seluruh anak dan mahligaimu sudah hancur luluh. Mereka ada yang mati kerana luka-lukanya dan ada pula kerana terbanting  keras terhimpit barang-barang yang berat. Demikianlah Allah membalasi engkau, hai Ayub, atas semua ibadat engkau kepada Allah itu.

Dengan airmata bercucuran dan menangis tersedu-sedu, Ayub menjawab perkataan Iblis yang sedang berbentuk manusia yang berlagak teman itu: Allah memberi, Allah mengambil, Allah menghidupkan dan Allah mematikan. Atas semua itu aku memuji akan Allah yang menjalankan hakNya itu.

Nabi Ayub lalu sujud menyembah dan bersyukur memuji Tuhannya. Iblis kembali kecewa besar dan gagal lagi usahanya itu, tetapi Iblis tidak kekurangan daya-upayanya.

Dia kembali mendapatkan Tuhan Allah dan berkata: Dengan habisnya harta kekayaan dan anak-anaknya itu, Nabi  Ayub masih tetap sabar, kerana ia yakin dengan badannya yang sihat dan kuat itu, dia masih dapat mengumpulkan harta dan beroleh anak kembali.

Izinkanlah saya sekarang juga untuk melenyapkan kesihatan badan Nabi Ayub, serta mendatangkan berbagai-bagai  penyakit kepada-nya. Dengan hilangnya kesihatan badannya dan dengan adanya berbagai-bagai penyakit itu nanti akan terbuktilah kepadaMu, hai Tuhan, bahawa Ayub tidak ikhlas dalam ibadatnya kepada Engkau. Dengan hilangnya kesihatan dan datangnya penyakit itu, dia akan membelakangi Engkau, akan derhaka dan tidak memuji Engkau.

Tuhan ingin menjadikan Nabi Ayub seorang hambaNya yang benar-benar teguh memegang tampuk keimanannya, hambaNya yang tabah dan sabar, hambaNya yang tetap syukur dan memuji Allah, untuk dijadikan contoh bagi semua manusia dalam keimanan dan kesabarannya, lebih-lebih bagi orang-orang yang kehilangan harta, kehilangan anak dan pula bagi orang-orang yang ditimpa berbagai-bagai penyakit yang berat-berat.

Kepada Iblis diperbolehkan Allah untuk menjalankan tipu muslihatnya yang bagaimana juga hebatnya untuk menyesatkan keimanan Nabi Ayub yang teguh itu, kerana Tuhan Maha Mengetahui bahawa Ayub benar-benar teguh imannya, kuat dan tabah menderita, walaupun penderitaan yang bagaimana juga hebatnya, sedikitpun dia tidak akan lupa memuji syukur dan menyembah Tuhannya.

Iblis kembali muncul, menyeludup ke dalam tubuh Ayub. Lalu meniupkan kepada Ayub semacam penyakit yang amat berbahaya, sehingga kerananya, Nabi Ayub jatuh terhampar di tempat pembaringannya. Makin hari semakin kurus badannya, dia tidak berdaya; habis segala kekuatan dan kegagahannya. Mukanya muram dan pucat, dengan mata yang cukam. Semua penderitaannya ditanggungkannya dengan keimanan tak berkurang, malah semakin bertambah; bukan dengan keluhkesah dan kesal, tetapi dengan tetap memuji-muji Allah.

Demikianlah penanggungan Nabi Ayub, bukan berhari-hari dan berbulan-bulan, tetapi bertahun-tahun lamanya, sehingga keadaan badan Nabi Ayub sungguh menyedihkan dan hampir-hampir tak sanggup hidup lagi tampaknya. Kerana sakitnya berjalan lama, mulailah berkurang jumlah teman dan kawannya, sehingga akhirnya tidak seorang juga yang datang menengok dan menolongnya,kerana tidak ada yang diharapkan lagi daripadanya. Teman satu-satunya yang masih tinggal  di sampingnya, yang selalu menolong dia menanggungkan sengsara hidupnya ini, ialah isterinya sendiri, bernama Rahmah.

Isteri yang setia itu dengan tak kenal penat, meladeni Ayub yang sedang sakit payah itu dengan segala kasihmesra dan susah-payahnya. Segala kesakitan yang diderita Ayub, seakan-akan dia sendiri ikut menderitanya pula. Nabi Ayub dihibur dan diladeninya.hal mana menunjukkan keimanan seorang isteri yang kuat dan teguh, yang tidak kalah pula dengan keimanan suaminya sendiri. Penderitaan Ayub dan isterinya (Rahmah), bukan hanya sampai di situ saja, penderitaan ini semakin melonjak lagi, lebih tinggi dan lebih hebat.

Ayub dan isterinya bukan hanya kehilangan harta benda, anak, kesihatan badannya, kehilangan semua kawan dan temannya, tetapi ditarnbah lagi dengan penghinaan dan ejekan dan orangorang bekas kawan dan temannva sendiri. 
  
Mereka bukan kasihan dan datang menolong, tetapi mereka keberatan bila Ayub dan isterinya tetap berada di rumahnya dan bertetangga dengan mereka. Mereka bukan hanya merasa jijik saja melihat Ayub, tetapi juga takut kalau-kalau penyakitnya yang hebat itu dapat menular kepada mereka. Dengan  tidak menaruh perasaan sedikitpun, mereka mendatangi Rahmah dan berkata: Hai Rahmah, kami takut kalau penyakitnya Ayub berpindah kepada anak-cucu kami, sebab itu keluarkanlah Ayub dan ketetanggaan kami dan kalau engkau tidak suka mengeluarkannya, maka kami akan mengeluarkannya dengan paksa! 

Mendengar ucapan yang kasar dan menyayat perasaan itu, Rahmah melolong menangis dengan sekuat-kuat suaranya: Aduh nasib, mengapa mereka mengusir kami dan kampung dan rumah kami sendiri?

Rahmah, isteri yang setia itu mengeluarkan segenap  tenaga yang ada padanya, untuk memangku suaminya dan membawanya ke luar kampung dan tinggal di sebuah pondok yang sudah ditinggalkan orang. Di sanalah Nabi Ayub beserta isterinya menanggungkan derita lahir dan batin, dengan penuh kesabaran dan keimanan yang tidak pernah berkurangan. 
  
Untuk penghidupannya, Rahmah terpaksa bekerja memotong-motong roti pada seorang pedagang roti. Setiap petang dia pulang mendapatkan suaminya, dengan membawa beberapa potong roti yang dihadiahkan orang kepadanya.

Tetapi setelah orang ramai tahu, bahawa Rahmah itu  adalah isteri Ayub, maka pedagang roti itupun tidak membenarkannya bekerja lagi sebagai tukang potong roti, kerana khuatir kalaukalau penyakit Ayub itu menulari roti yang akan dijualnya.

Kerana ketiadaan pekerjaan dan makanan, maka beberapa hari lamanya, baik Ayub mahupun isteninya tidak makan dan minum sedikitpun. Ya, penanggungan di balik penanggungan, penderitaan di balik penderitaan.

Kerana sudah tidak tahan menahan lapar dan dahaga,  Rahmah minta izin kepada Ayub untuk pergi menjalankan ikhtiar mencari makanan dan minuman. Melihat itu, Ayub berteriak kepada isterinya: Ya Rahmah, janganlah engkau pergi meninggalkan aku seorang diri, aku takut kalau engkau tidak kembali lagi !

Rahmah menjawab: Jangan khuatir, ya Saiyidi, selama hayat masih berada dalam tubuhku. Aku pergi hanya sebentar dan akan segera kembali lagi.

Maka pergilah Rahmah dan tidak lama kemudian dia pulang kembali dengan membawa sepotong roti dan air minum. Setelah Nabi Ayub melihat sepotong roti segar yang dibawa isterinya itu, Ayub mengira bahawa isterinya sudah menjual kehormatan dirinya untuk mendapatkan sepotong roti itu. Lalu Rahmah menceritakan kepada Ayub, bagaimana caranya ia mendapatkan roti itu: Ya, Saiyidi, aku bukan menjual kehormatan diriku, aku berlindung diri kepada Allah dari segala perbuatan yang menodai diriku. Roti ini aku perolehi sebagai tukaran dengan rambutku yang panjang.

Lalu Rahmah membukakan kepalanya yang tertutup itu, yang semula tertutup oleh rambut yang panjang kini sudah menjadi gondol  sama sekali.



Melihat kejadian itu, Ayub sangat sedih hatinya, lalu dia menangis, bukan menangisi nasibnya, tetapi menangisi rambut isterinya, kerana diantara yang paling menarik hatinya terhadap isterinya, ialah kerana rambutnya yang panjang itu  menambah kecantikan isterinya yang amat cantik.

Berkatalah Rahmah: Janganlah engkau menangisi rambutku yang sudah hilang. Ketahuilah bahawa rambut itu akan tumbuh kembali dan mungkin akan lebih indah dari yang sudah hilang itu. Demikianlah katanya menghibur suaminya.

Mendengar jawapan isterinya itu, Ayub merasa puas dan senang hatinya. Dia kembali bersyukur, bertasbih, bertakbir memujimuji Allah. Dia merasa puas dan senang atas segala penderitaan yang dialami dan ditanggungkannya dan seketika itu  juga Nabi Ayub a.s. bermunajat (berbisik) dengan segenap jiwa raganya ke hadhrat Tuhan: Ya Allah, Tuhanku, aku redha kalau Engkau cabut daripadaku akan nikmat Mu yang bernama hartabenda, anak turunanku dan kesihatan badanku, bahkan aku redha kalau Engkau cabut dariku akan segala darah dan dagingku, serta kalau perlu boleh cabut segala tulang-belulang dan  semua anggota badanku. Hanya aku berharap agar jangan sampai Engkau mencabut dua perkara (nikmat) Mu, iaitu akal fikiran dan lidahku, kerana aku memerlukan akal dan fikiran itu, guna mengingatMu dan aku memerlukan lidah itu, untuk dapat menyebut nama dan memujiMu.

Ya, dengan cara begitu, Nabi Ayub a.s. sesaat pun tak pernah lupa kepada Allah. Tak pernah ketinggalan menyebut  dan memuji-muji Allah.

Setelah Iblis melihat bahawa Nabi Ayub dengan percobaan dan penderitaan-penderitaan yang sudah tiba di puncak ketinggian dan kehebatannya itu masih tetap sabar dengan keimanan yang tak goyang sedikitpun, maka Iblis masih belum putusasa. Dia kini mencoba membelokkan perhatiannya, bukan terhadap Nabi Ayub, tetapi terhadap isterinya.

Isteri Ayub sekarang ini mendapat godaan yang tidak terhingga dari Iblis lanatullahi alaihi. Iblis mencoba mengingat-ingatkan kepada isteri Ayub akan masa-masa yang silam, yang  penuh dengan kemeawahan dan kesenangan; Iblis mencoba pula membanding-bandingkan kemewahan dan kesenangan yang silam itu dengan penderitaan dan kepahitan yang sedang mereka alami sekarang ini. Iblis mencoba menanamkan keluhkesah dan putusasa kepada Rahmah.

Daya-upaya Iblis ini ada juga pengaruhnya sedikit.  Pada suatu hari Rahmah duduklah di samping suaminya dan berkata: Sampai bilakah Allah akan menyiksamu, ya Ayub? Ke mana perginya hartabenda kita, ke mana perginya anak-anak dan teman-teman kita? Ke mana tubuhmu yang sihat dan gagah itu?

Alangkah terkejut dan sedihnya hati Ayub mendengar kata-kata isterinya yang mulai berputar pendiriannya itu, kata-kata yang terang menunjukkan hilangnya keimanan dan kesabaran, bahkan kata-kata yang seakan-akan keluar dari jiwa yang tidak kenal Tuhan: kata-kata yang melupakan sama sekali segala nikmat dan pemberian Allah yang berlimpah-limpah dalam masa yang panjang. Dia hanya mengingat akan cubaan Allah dalam waktu yang begitu singkat, harta dan anak serta kegagahan di waktu muda saja yang teringat olehnya.

Ayub menjawab kata-kata isterinya dengan rasa pedih dalam hati: Sungguh engkau ini sudah dapat disesatkan syaitan dan Iblis. Engkau menangis atas kemewahan hidup yang telah hilang, anak-anak yang sudah meninggal.

Isterinya menjawab pula: Kenapa engkau tidak mendoa kepada Tuhan untuk melenyapkan kesedihan dan petaka atas dirimu ini."

Berapa tahunkah kita mendapat kesenangan dan bahagia? tanya Ayub pula.

Selama berpuluh-puluh tahun, jawab isterinya. 
  
Berapa tahunkah kita menderita? tanya Nabi Ayub.

Baru tujuh tahun, jawab isterinya pula.

Dari itu aku malu kepada Tuhan meminta hilangnya petaka yang baru sebentar ini. Terbukti kepadaku, bahawa engkau sudah goyang pendirian dan menjadi tipis imanmu. Mulai hari ini, saya tidak mahu memakan makanan yang engkau buat, tidak mahu meminum minuman air yang engkau sajikan. Engkau tidak boleh lagi mengurus dan meladeniku. Sekarang juga engkau  harus 
pergi. 

Kedudukan Orang Yang Membaca Al-Quran



Dijelaskan dalam sebuah hadis yang di riwayatkan oleh Imam Muslim, dari Aisyah r.a dia berkata bahawa Rasulullah s.a.w pernah bersabda :
"Orang yang pintar membaca Al-Quran, maka ia bersama barisan para malaikat yang mulia. Sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan bacaan yang terbata-bata, maka dengan kesusahannya tersebut ia mendapatkan dua pahala".

Para ulama berkata, bahawa maksud "terbata-bata" dalam ayat hadis di atas adalah mengalami kesusahan saat belajar Al-Quran. Bagi orang seperti ini, maka ia mendapat dua (2) pahala kerana mengalami kesusahan proses belajarnya.


Firman Allah : Surah Yunus : 57-58
"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu Al-Quran yang menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan yang menjadikan penawar bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada kamu, dan juga memberi petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. Katakanlah, " Kedatangan Al-Quran itu adalah semata-mata dengan limpah kurnia Allah dan kasih sayangNya, maka dengan isi kandungan Al-Quran itulah hendaknya mereka bersukacita, kerana ia lebih baik daripada apa yang mereka himpunkan."

Firman Allah : Surah Al-An'am : 106
"Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tiada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang musyrik."

Firman Allah : Surah Az-Zukhruf : 43
"Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada dilandasan yang lurus."


Sabda Rasulullah s.a.w : Hadis Anas bin Malik r.a
"Barangsiapa yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya, tetapi tidak mengamalkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya dan merubah-rubah (makna)nya, maka Al-Quran akan menjadi pendakwa baginya agar ia dimasukan ke neraka Jahanam. dan barangsiapa yang belajar Al-Quran dan mengamalkannya, maka Al-Quran akan memberi syafaat (penolong) baginya agar ia dimasukkan ke dalam syurga."

PERINGATAN

Kerja-kerja dikawal oleh Kementerian Dalam Negeri dan Mufti Malaysia.

Sila hubungi 03-26933049,26915184 @ 019-3376159 (Rahmat Mahdan) untuk mengetahui kadar caj perkhidmatan terkini.

Firman Allah s.w.t
“Syaitan menjanjikan kemiskinan kepada kamu
(bersedekah amal jariah) dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, dan
Allah menjanjikan kepadamu ampunan dan kurnia-Nya.
Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui”
Al-Baqarah : 268

Kerjasama anda kami hargai.

Bersamalah kita menjaga kesucian AL-QURAN.

Buku Pelawat


ShoutMix chat widget