KEHEBATAN NABI SULAIMAN

Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang makin meluas dan melebar, Allah telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, iaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di samping itu Allah memberinya pula suatu kurnia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya.


Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.

Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Disitu ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya: "Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sedar dan sengaja.

Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu. Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjud bahawa binatang pun mengerti bahawa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sedar.

KISAH NABI ZAKARIA A.S.

RIWAYAT HIDUP NABI ZAKARIA A.S

Nabi Zakaria a.s. adalah ayah dari Nabi Yahya putera tunggalnya yang lahir setelah ia mencapai usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri Hanna, ibu saudaranya Maryam, Zakaria mendambakan mendapat anak yang akan menjadi pewarisnya. Siang dan malam tiada henti-hentinya ia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah agar dikurniai seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya memimpin Bani Israil. Ia khuatir bahawa bila ia mati tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan mungkar dan kemaksiatan dan bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat sekehendak hati mereka. Selain itu, ia sebagai manusia, ingin pula agar keturunannya tidak terputus dan terus bersambung dari generasi sepanjang Allah mengizinkannya dan memperkenankan.


Nabi Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar melakukan sembahyang serta menjenguk Maryam anak iparnya yang diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai dengan nadzarnya sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri Maryam diterima oleh Zakaria melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala menerima bayi Maryam yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak saudara isterinya sendiri yang hingga saat itu belum dikurniai seorang anak pun oleh Tuhan.

Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria telah terjadi pada suatu hari ketika ia datang ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam disalah satu sudut mihrab sedang tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak menghiraukan bapa saudaranya yang datang menjenguknya. Di depan Maryam yang sedang asyik bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai jenis buah-buahan musim panas. Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya buah-buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Ia tidak sabar menanti anak saudaranya selesai sembahyang, ia lalu mendekatinya dan menegur bertanya kepadanya: "Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua?"

Maryam menjawab: "Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa kucari dan aku minta. Diwaktu pagi dikala matahari terbit aku mendapatkan rezekiku ini sudah berada didepan mataku, demikian pula bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa bapa saudaranya merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?"


Maryam binti Imran

MAKAM MARYAM BINTI IMRAN
Maryam Binti Imran yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran seorang daripada pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra'il. Ibunya saudara ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.

Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitul Muqaddis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.

Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-Nya bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imaran menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.

Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: "Manusia merancang, Tuhan menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan , tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra'il dan meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri menjadi makin mesra.

Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: "Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmuqaddis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.
Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu mengalah, maka terpaksalah diundi diantara mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.
Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar diatas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga.Zakaria merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.
Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudra isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.
Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: "Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini."

Maryam menjawab: "Inilah peberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak ternilai besarnya?"
Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa Almasih a.s.
Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

"Makam Ayat Suci" : Akhbar Sinar Harian


AKHBAR SINAR HARIAN : 1 APRIL 2011


Secara alami, naskhah al-Quran makin lama makin dimamah waktu. Helaian kertas yang tertanggal dari tulang kitab, rosak digigit anai-anai mahupun akibat terkena banjir atau kebakaran. Ada kalanya ia menyebabkan pemiliknya menjadi serba salah untuk menyimpannya tanpa dibaca atau sekadar warisan turun-temurun. 

Masalah al-Quran lama dan rosak terbiar berhabuk di dalam simpanan timbul apabila tidak ramai Muslim mengetahui bagaimana untuk melupuskannya. Sekurang-kurangnya cara itu mungkin lebih baik daripada segelintir mereka yang jahil terus 'mencampakkan' sebagaimana barangan lain yang tidak berharga di tempat yang tidak sepatutnya. 

Mungkin ada di antara kita ingin membuang bahan bacaan atau hiasan yang mengandungi ayat suci tetapi tidak tahu di mana lokasinya. Tahukah anda mengenai pusat pelupusan al-Quran lama? 

Pusat pelupusan ayat suci yang terletak di Batu 10, Cheras itu mula beroperasi sekitar 2007 dan berada di bawah urus tadbir Percetakan Saufi. Kewujudan pusat itu memudahkan masyarakat Islam yang ingin melupuskan barangan seperti jam, buku teks dan bingkai hiasan yang terkandung ayat suci, selain al-Quran. 

Kerja pelupusan dilakukan dengan sempurna mengikut segala garis panduan yang telah ditetapkan supaya tidak menimbulkan sebarang keraguan atau musibah. 

Perasaan sayu menjadi titik tolak 

Pengurus Percetakan Saufi, Rahmat Mahdan, 53, berkata, dia mengambil inisiatif untuk membuka pusat pelupusan sedemikian atas dasar tanggungjawab sebagai umat Islam. 

Menurutnya, dia berasa sedih apabila melihat keratan terkandung ayat suci dan cebisan al-Quran yang dibuang di tapak pembuangan surat khabar lama. 

“Sayu hati saya melihat keadaan ini. Inilah menjadi titik tolak kepada pembukaan pusat pelupusan ini 

“Fenomena itu menunjukkan betapa manusia zaman ini tidak lagi mementingkan kehormatan ayat suci yang sepatutnya dihormati dan disanjung ini,” katanya kepada Sinar Harian ketika ditemu ramah. 

Rahmat berkata, al-Quran ibarat zat kepada umat Islam, kita sememang memerlukan dan menggunakannya selama ini tetapi tidak diambil peduli tentangnya. 


Persepsi negatif masyarakat 

Niat yang ingin dilakukan Rahmat adalah murni tetapi sering disalah anggap terutamanya pada peringkat awal mula mengumpul al-Quran dan buku teks jawi. 

Berkongsi pengalaman ketika mula membuka pusat pelupusan itu, Rahmat terpaksa bergerak sendiri ke sekolah dan masjid di merata tempat untuk mendapatkan buku teks serta al-Quran yang ingin dilupuskan. 

Katanya, rumah dan saudara mara adalah sasaran pertama untuk tujuan itu kemudian menular kepada masyarakat setempat. 

“Tidak hanya terikat di kawasan Lembah Klang dan Selangor sahaja, malah saya turut mendapatkannya dari Negeri Sembilan, Johor, Terengganu dan Melaka. 

“Ada di antara individu dan pihak meminta bayaran ketika mendapatkan bahan mengandungi ayat suci ini kerana mereka beranggapan saya akan menjualnya,” katanya. 

Dia berkata, pernah sekali ketika dia ingin mengambil al-Quran lama yang tidak digunakan di sebuah masjid, individu tersebut memintanya supaya membayarnya. 

Menurutnya, menyedari hakikat itu dia telah memohon surat kebenaran daripada Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWIP) dan Jabatan Mufti Negeri Semalaysia pada 2009. 

Menurutnya, permohonan itu adalah bertujuan mengelakkan supaya orang ramai tidak menuduhnya mengambil kesempatan atau memanipulasi hasil kutipan itu. 

“Niat murni yang ingin dilakukan ini mengundang persepsi yang negatif orang ramai, tambahan pula pendedahan mengenai perkhidmatan itu terlalu kurang,” katanya. 


Lupus ikut garis panduan 

Kerja melupuskan ayat suci itu tidak boleh dilakukan sewenangnya mengikut kesukaan hati kita dan perlu dilaksanakan dengan kaedah tertentu. 

Rahmat memberitahu, proses pelupusan yang dilakukan adalah berdasarkan kepada garis panduan yang telah ditetapkan. Menurutnya, surat sokongan daripada beberapa negeri di Semenanjung telah dipohon bagi memastikan garis panduan yang diberikan adalah sama. 

“Maklum balas yang diterima telah menyatakan garis panduan tersebut adalah kesemuanya sama. 

“Garis panduan itu berdasarkan keputusan muzakarah jawatankuasa fatwa ke-30 yang bersidang pada 22 Ogos 1992,” katanya. 

Tambahnya, difahamkan terdapat sebuah syarikat korporat bukan Islam yang dipertanggungjawabkan untuk menguruskan kerja pelupusan ayat suci itu sebelum kewujudannya. 

Katanya, tetapi mereka tidak pasti bagaimana cara pelupusan yang dilakukan dan adakah ianya sempurna atau sebaliknya. 

“Bahan pelupusan yang dihantar ke sini bukan disebabkan tidak digunakan, tetapi ada di antaranya mengandungi kesalahan huruf, baris, ayat dan muka surat. 

“Malah, sebahagian al-Quran yang ingin dilupuskan adalah disebabkan tiada kelulusan daripada Bahagian Teks al-Quran, Kementerian Dalam Negeri (KDN),” katanya. 

Menurut Rahmat, dia sendiri pernah cuba mencetak al-Quran tetapi apabila ia dirujuk kepada KDN maka didapati banyak kesalahan dilakukan. KDN menyarankan supaya pembetulan dilakukan terlebih dahulu sebelum mencetak al-Quran tersebut dan hanya syarikat yang mendapat pengiktirafan sahaja boleh mencetaknya. 


Pelupusan ibarat urus jenazah 

Al-Quran atau bahan cetakan yang mengandungi ayat suci perlu diselenggarakan dengan tertib. Menurut Rahmat, kerja melupuskan itu boleh diibaratkan seperti menguruskan seorang jenazah dari awal hingga akhir. Ia perlu dilakukan dengan perlahan dan bagaimana cara yang sempurna untuk kita menghantarnya semula. 

“Pelupusan dilakukan mengikut peringkat bermula dari awalnya mengasingkan bahan sehinggalah abunya dimakamkan. 

“Kulit dan isi bahan akan diasingkan mengikut kategori, kemudian diracik dengan menggunakan mesin supaya ia menjadi lebih halus dan memudahkan pelupusan,” katanya. 

Dia berkata, debu yang terhasil akan dilarutkan dengan air kemudian dimakamkan di tempat khas yang telah digali. Cara pelupusan setiap barang adalah berbeza kerana ia bergantung kepada jenis bahan itu. 

“Kami menerima pelbagai jenis bahan yang terdiri daripada kertas, kain, kayu, kaca, plastik, tembikar dan cakera padat. 

“Orang ramai perlu mengasingkan bahan dan mengikatnya dengan kemas sebelum mengepos atau menghantarnya ke pusat ini bagi memudahkan kerja seterusnya dilakukan,” katanya. 


Kajian di beberapa negara 

Pusat pelupusan ayat suci itu menerima pelbagai jenis bentuk ayat suci untuk dilupuskan malah kajian di beberapa negara juga telah dilaksanakan. Rahmat berkata, sebelum membuka pusat pelupusan itu dia telah merantau ke beberapa negara yang mempunyai kaedah pelupusan al-Quran. Antara negara yang dilawati termasuk Syiria, Lubnan, Jerman dan Vietnam. 

“Di Syiria, teknik mencetak al-Quran dilihat manakala cara pelupusan ayat suci diperoleh dari Lubnan dan Jerman. 

“Berbeza pula dengan Vietnam, di mana saya melihat sendiri bagaimana cara bukan Islam melakukan kerja pelupusan ayat suci ini,” katanya. 

Dia berkata, hasil perantau itu datanglah idea untuk mencipta mesin insinerator yang ditempah khas dari Indonesia tetapi mengikut ciptaan dikehendakinya. Menurutnya, pelupusan ayat suci itu tidak hanya boleh dilakukan menggunakan mesin tetapi juga cara tradisional. 

“Kedua-dua cara ini akan menghasilkan abu yang berbeza di mana pelupusan menggunakan mesin insinerator akan mengeluarkan abu lebih halus. 

“Manakala, jika ia dilupuskan menggunakan cara tradisional, kita masih boleh melihat cebisan al-Quran malah ada di antara serpihan tersebut masih boleh dibaca,” katanya. 


Wakaf setiap 5 kilogram 

Orang ramai yang berminat untuk menghantar bahan ayat suci untuk dilupuskan boleh berkunjung ke pusat itu setiap hari. Menurut Rahmat, setiap lima kilogram bahan yang dihantar mereka perlu menyerahkan satu wakaf sebagai sumbangan pengurusan pelupusan ayat suci. 

“Wakaf ini boleh juga digantikan dengan wang tunai berjumlah RM30 atau mewakafkan senaskhah al-Quran yang disahkan KDN kepada kami. 

“Al-Quran yang diwakafkan akan dihantar ke sekolah atau masjid yang memerlukan,” katanya. 

Menurutnya, pada masa terdekat, satu lagi mesin insinerator akan dicipta untuk memudahkan kerja pelupusan yang dilakukan pada waktu malam. Dia turut bercadang untuk melebarkan sayap dengan membuka cawangan di negeri lain bagi tujuan pelupusan ayat suci itu. 

“Bermula dengan setiap zon seperti utara, selatan dan pantai timur kemudian mengorak langkah kepada daerah di setiap negeri pula. 

“Saya mengalu-alukan sekiranya terdapat pihak berwajib atau individu yang ingin membantu dalam usaha yang murni itu,” katanya.


PERINGATAN

Kerja-kerja dikawal oleh Kementerian Dalam Negeri dan Mufti Malaysia.

Sila hubungi 03-26933049,26915184 @ 019-3376159 (Rahmat Mahdan) untuk mengetahui kadar caj perkhidmatan terkini.

Firman Allah s.w.t
“Syaitan menjanjikan kemiskinan kepada kamu
(bersedekah amal jariah) dan menyuruh kamu berbuat kejahatan, dan
Allah menjanjikan kepadamu ampunan dan kurnia-Nya.
Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui”
Al-Baqarah : 268

Kerjasama anda kami hargai.

Bersamalah kita menjaga kesucian AL-QURAN.

Buku Pelawat


ShoutMix chat widget